Setelah membaca chat dari Deffa, Jayden langsung bergegas siap-siap untuk menuju ke apartemen pacarnya. Rencananya hari ini Jayden ingin mengajak sang pacar untuk pergi jalan-jalan lagi, namun melihat keadaan Deffa yang sekarang sedang down akhirnya Jayden memutuskan untuk membatalkan rencananya dan lebih memilih untuk menemani Deffa di apartemennya.

Sesampainya di apartemen Deffa, Jayden langsung menghampiri pacarnya yang sedang sarapan di sofa ruang tengah. Jayden kini merangkul pundak Deffa dan membawa pacarnya lebih dekat ke dekapannya. Tanpa berkata apa-apa kepala Deffa kini menyender di pundak Jayden. Jayden sengaja tidak memulai pembicaraan duluan hingga pacarnya tenang dan mau bicara.

Selama Deffa sarapan Jayden terus-terusan mengelus lembut lengan pacarnya yang sekarang berada di rangkulannya. Deffa akhirnya mulai berani untuk bicara setelah ia menyelesaikan sarapannya. “Jayden, aku minta maaf-” “Minta maaf kenapa hmm? Kamu kan ga salah sayang” Jayden berusaha menenangkan pacarnya tetapi Deffa malah ingin menangis.

Jayden kini membawa Deffa ke dekapannya lebih erat, dan sesekali mencium puncak kepala pacarnya, berusaha meyakinkan Deffa kalau ia tidak akan pergi kemana-mana. “Kamu seminggu ini udah kasih aku banyak banget, aku bahkan belom bisa repay semuanya ke kamu. Aku minta maaf aku cuma bisa ngebebanin kamu-” Jayden sontak terkejut mengapa pacarnya bisa berpikir seperti itu.

No, bunny. Kamu sama sekali bukan beban buat aku, dan aku pun sama sekali ga minta kamu buat repay semuanya. No at all, sayang-”Kamu capek ga sih ngadepin aku yang overthinking terus? Aku minta maaf, Jayden” Jayden kemudian menangkup kedua pipi Deffa dan menyamakan pandangannya agar mereka bisa bertatapan.

“Sayang.. Listen.. Overthinking itu bisa dateng kapan aja, dan aku tau itu susah banget diilangin. Aku minta maaf kalo rencanaku seminggu ini buat ngajak kamu jalan-jalan, buat ngasih kamu hadiah, dan buat kamu happy, yang menurutku seharusnya itu hal yang sepele, tapi ternyata bisa jadi hal yang sangat penting buat kamu dan bikin kamu kepikiran terus. Kalo ditanya capek sih bohong kalo aku bilang ga capek. Capek itu pasti ada. Tapi aku lebih memilih untuk tetap lanjut perjuangin kamu kan? Kenapa? Karena aku sayang banget sama kamu. Cuma kamu, bunny. Jadi wajar aja kan kalo aku pengen bikin duniaku seneng. Do you know that you're my world that I can’t live without?” Jayden kini menghujani muka Deffa dengan kecupan di dahi, pipi, hidung, dan terakhir di bibir untuk menenangkan pacarnya yang sudah mulai terisak.

“Aku juga capek kenapa aku overthinking gini terus. Aku ga mau terus-terusan nyusahin kamu” ucap Deffa saat sang pacar sedang mengelus lembut surai rambutnya. “Kamu sama sekali ga pernah nyusahin aku, sayang. Udah jangan mikir kayak gitu lagi ya?”Aku minta maaf kamu jadi sering ngeliat kelemahan aku” Deffa lagi-lagi merasa bersalah ke pacarnya yang harus ikut merasakan kelemahannya.

“Sayang.. justru itu yang terpenting dari sebuah hubungan kan? To accept each other’s flaws and complement it with love and happiness? To trust and rely on each other? Sayang, kamu punya aku sekarang. Ada aku disini. Kamu ga sendirian. I’m all available just for you, to listen your stories, to wipe your tears away and give you happiness. Aku sadar aku juga punya kelemahan yang mungkin sulit juga buat kamu terima. But I have you, right? Cuma kamu yang bisa bikin aku kuat ngelaluin semuanya” mendengar semua perkataan Jayden kini Deffa merasa jauh lebih tenang.

Deffa kini **menyenderkan pundaknya di dada Jayden, dan sang pacar otomatis memeluknya dari belakang “Jayden.. Makasih kamu selalu bisa nenangin dan ngeyakinin aku. Makasih udah buat aku jadi orang yang paling beruntung karena aku bisa milikin kamu. Makasih kamu udah mau nerima kelemahan aku. Makasih udah selalu ngasih tau aku the real meaning of love and trust. I couldn’t ask for more. Aku cuma mau kita bisa sama-sama terus” Jayden kini kembali menghujani puncak kepala Deffa dengan kecupan.

“Bunnynya Jayden jangan nangis lagi ya? Promise me just think about happy things from now on” Jayden kembali menenangkan pacarnya, dan Deffa kini mendaratkan sebuah kecupan di pipi Jayden “I love you, Jayden” Jayden sontak mengelus pipi Deffa “I love you too, Deffa. Can I kiss you?” Deffa hanya membalas dengan anggukan kepala. Jayden akhirnya menyempitkan jarak diantara mereka dan bibir mereka akhirnya bertemu. Deffa mulai mengalungkan kedua lengannya di leher Jayden, dan kedua lengan Jayden kini melingkar di pinggang Deffa, dengan masih melumatkan kedua bibir mereka. Ciuman kali ini seperti meyakinkan Deffa bahwa ia tidak perlu lagi meragukan dirinya karena sekarang ia sudah memiliki Jayden yang terus berada disampingnya.