cw // mention of nosebleed
Tidak terasa hari yang paling ditunggu oleh Jayson akhirnya datang juga. Hari ini Jayson ada pertandingan basket untuk terakhir kalinya di sekolah elementarynya sebelum ia lulus. Sebagai kapten tim, Jayson harus membawa pertandingan yang terbaik dan bisa membanggakan nama sekolahnya. Mami, Jayden, dan Deffa akhirnya duduk di tribun bagian tengah untuk menonton pertandingan basket Jayson.
Pertandingan basket akhirnya dimulai dan tim Jayson awalnya sempat tertinggal dengan selisih skor yang lumayan jauh, namun akhirnya bisa menyusul bahkan membalap skor tim lawan. Jayden yang awalnya bersemangat menonton pertandingan sang adik kini mulai khawatir dengan keadaan Jayson, karena sakit yang dialami Jayson membuatnya tidak boleh terlalu kelelahan. Jayson yang berada di lapangan terlihat terengah-engah padahal waktu pertandingan belum selesai.
“Sayang, itu Jayson udah keliatan capek banget. Adek bisa kuat ga ya sampe akhir?” tanya Jayden ke Deffa, makin khawatir dengan keadaan adiknya. “Tapi Jayson emang suka basket kan dari dulu?” “Dia nih dari dulu udah aku bilangin gausah ikut basket tapi dia tetep ngotot pengen ikut basket biar bisa kayak aku katanya. Kata dokternya sih boleh ikut basket tapi kan tetep aja, yang” Deffa makin gemas sekaligus khawatir melihat sang pacar sedari tadi panik. “Dikit lagi selesai kan? Tuh skornya juga udah jauh. Timnya Jayson pasti menang” ucap Deffa berusaha menenangkan Jayden.
Benar kata Deffa, setelah beberapa menit pertandingan akhirnya selesai dan Tim Jayson menjadi pemenangnya. Jayson dari lapangan melambaikan tangannya ke arah mami dan kedua kakaknya, menunjukkan kalau ia berhasil memenangkan pertandingan, namun tiba-tiba Jayson merasakan ada cairan yang keluar dari hidungnya, dan ternyata ia mimisan. Hingga akhirnya pandangan Jayson mulai kabur. “Jayson!” Jayson mendengar suara teriakan yang familiar yang tiba-tiba menariknya ke arah samping lapangan, ke tempat para pemain biasanya duduk. Mami, Jayden, dan Deffa yang melihat Jayson tiba-tiba mimisan langsung panik dan bergegas menuju ke bawah untuk menghampiri Jayson.
“Kamu mimisan banyak banget. Kamu gapapa? Sakit ga kepalanya? Di lap pake ini aja ya?” Jayson masih memproses siapa seseorang yang telah menolongnya dan masih belum bisa melihat dengan jelas karena pandangannya masih blur. Hingga beberapa menit kemudian Jayson sadar kalau yang menolongnya adalah Marvell, kakak kelas dua tahun diatasnya yang sudah ia kagumi sejak lama. “Kak Marvell?” Jayson sontak terkejut. “Hai? hehe. Kamu udah gapapa? You did great barusan. Congratulations!” sahut Marvell yang sekarang masih memegang handuk kecil untuk mengelap bekas darah mimisan Jayson.
Jayson masih membeku di tempat hingga akhirnya lamunannya terpecah saat sang kakak datang menghampirinya “Adek! Kamu gapapa? Kepalanya sakit ga? Kita ke rumah sakit sekarang ya?” Jayden terlihat panik dengan kondisi adiknya yang kelelahan namun Jayson menolak untuk ke rumah sakit karena ia merasa keadaannya sudah mulai membaik. “Gausah kak. Aku gapapa-” “Hi? Sorry namamu siapa? Thank you ya udah nolongin Jayson!” kini giliran Jayden yang menyapa Marvell dengan maksud mengucapkan terima kasih karena telah menolong adiknya. “Hi kak. Aku Marvell. sama-sama, kak” ucap Marvell dengan senyum manisnya.
Di lain sisi Deffa sedang menahan ketawanya karena ia telah mengenal Marvell dari foto yang beberapa waktu lalu ditunjukkan oleh Jayson. Deffa sedari tadi bersembunyi di belakang Jayden karena ia tidak mau terlihat oleh Jayson kalau sedang menahan tawa. “Kamu kenapa, sayang? Kamu nahan ketawa dari tadi?” Jayden sontak bingung dengan kelakuan pacarnya dan akhirnya Deffa membisikkan sesuatu di telinga Jayden dengan pelan “Itu Marvell crush nya Jayson yang waktu itu aku bilang. Jayson pernah ngasih liat fotonya ke aku makanya aku tau” jelas Deffa.
Jayden yang mendengar perkataan Deffa malah memanfaatkan momen ini untuk iseng ke adiknya. “Marvell mau ikut lunch bareng kita ga? Sekalian ngerayain big win nya Jayson nih” Perkataan Jayden sontak membuat adiknya terkejut dan salah tingkah “Kak Jayden!” sahut Jayson sambil menggelengkan kepalanya mengisyaratkan sang kakak. “Udah yuk ikut aja ya Marvell? Sekalian nemenin Jayson nanti” kini giliran mami yang menyahut dan kalau mami sudah berkata-kata pasti semuanya tidak bisa berkutik.
Selama di perjalanan dan sampai di sebuah restoran, Marvell dan Jayson masih dalam keadaan canggung, ditambah lagi kali ini Jayson tidak hanya bersama Deffa yang mengetahui rahasianya soal Marvell, namun juga dengan kakak dan maminya. “Marvell grade berapa sekarang?” tanya Jayden. “Abis ini naik ke Grade 9 Junior High-” “Oh kakak kelas! Kamu abis ini Grade 7 kan dek?” kini gantian Jayden bertanya pada adiknya dan dibalas oleh anggukan kepala. **