cw // asthma

Setelah seharian mengikuti kelas perkuliahan dan dilanjutkan dengan rapat kepanitiaan, Deffa akhirnya bisa bernafas dengan lega karena semua aktivitasnya hari ini telah selesai. Deffa akhirnya langsung menuju ke lobby utama gedung fakultasnya dan ternyata sang pacar telah sampai dan menunggunya di mobil.

Deffa segera masuk ke mobil Jayden. “Hey sayang! Udah nunggu lama ya?” sapa Deffa ke Jayden yang masih berkutat dengan handphonenya. “Ngga kok baru aja sampe. How was your day, bunny?” Jayden langsung mengusap kepala pacarnya saat Deffa masuk ke mobilnya.

“I’m doing pretty good tapi tadi agak stress waktu rapat soalnya ada beberapa masalah tapi akhirnya udah clear sih. Kamu gimana? Abis ini langsung latihan basket?” kini gantian Deffa yang mengelus surai rambut pacarnya yang sudah mulai panjang*. “Oiya aku lupa bilang ke kamu kalo in a few weeks aku ada MUN jadi tadi mulai latihan sm brainstorm topik-topiknya-” “Emang pacar aku yang paling keren”* Deffa tiba-tiba menyela perkataan Jayden dan malah membuat Jayden tertawa gemas. “Bisa aja sih kamu” ucap Jayden sambil menyalakan mesin mobilnya untuk menuju ke lapangan basket tempat Jayden dan tim basketnya biasanya latihan.

Sesampainya di lapangan, Jayden dan Deffa sempat bertemu dengan Jovi dan Tera, karena Jayden dan Jovi berada di satu tim basket yang sama. Latihan akhirnya dimulai dan Deffa dengan Tera menonton pacarnya latihan dari kursi bagian samping. “Lo nanti jangan ikutan main ya. Inget lo punya asthma-”Iyaa iyaa bawel lo!” Tera tiba-tiba mengingatkan sahabatnya untuk tidak ikut Jayden bermain basket disaat nanti setelah Jayden selesai latihan.

Setelah hampir dua jam, akhirnya Jayden, Jovi dan teman satu tim nya telah selesai latihan. Jovi dan Tera memutuskan untuk pulang duluan dan sekarang tinggal Jayden dan Deffa yang masih berada di area lapangan. Seluruh badan dan rambut Jayden basah dipenuhi oleh keringat, dan Deffa dengan sigap langsung mengusap keringat pacarnya dengan handuk yang ia bawa. “Aku juga mau main basket sama kamu” celetuk Deffa. “Emang kamu bisa, sayang?” Jayden iseng bertanya ke pacarnya dan membuat Deffa sedikit kesal “Ih aku bisa tau! Kalo main biasa sih bisa. Tapi ga sehebat kamu lah” ucapnya.

Jayden yang semula sudah bersiap untuk mengajak Deffa pulang, kini malah mengambil bola basketnya kembali “Ayo sini main sama aku!” ajaknya ke sang pacar dan mereka berdua langsung masuk ke area lapangan untuk bermain basket. Jayden memulai permainan dengan dribble dan shooting yang gampang dan bisa diikuti oleh Deffa. “Bolanya di dribble sayang jangan dipegang terus” ucap Jayden sambil tertawa gemas melihat sang pacar yang tidak begitu lancar bermain basket. Deffa yang tidak mau kalah akhirnya mulai menunjukkan aksinya*,* melompat tinggi untuk shooting bola ke arah ring basket dan akhirnya bolanya masuk.

“Good job, sayang! Udah bisa itu kamu! sahut Jayden dengan bangga ternyata sang pacar juga bisa bermain basket. Mereka akhirnya melanjutkan permainannya, dan setelah beberapa menit Deffa mulai merasa kesakitan di bagian dadanya dan mulai kesusahan untuk bernafas. Jayden yang panik melihat sang pacar bersikap aneh, dengan sigap langsung menghampiri Deffa. “Sayang? Are you okay? Kamu kenapa? Apa yang sakit?-” “J-jay tolong- ambilin inhaler- di tas aku-” ucap Deffa dengan terengah-engah dan Jayden dengan cepat mencari inhaler Deffa di tasnya.

Deffa kini dituntun oleh Jayden untuk duduk dan mulai menghirup oksigen dari inhalernya. Bukan Deffa namanya kalau tidak keras kepala. Asthmanya ternyata kumat juga setelah beberapa menit bermain basket, padahal tadi ia sudah diingatkan oleh Tera agar tidak ikut bermain. Nafas Deffa perlahan mulai kembali normal. Jayden yang sedari tadi berdiri dihadapannya gini menyamakan tatapannya dengan Deffa yang sedang duduk, dan mulai mengelus pipi pacarnya dengan pelan “Kamu kenapa ga pernah bilang ke aku kalo kamu ada asthma, hmm? Kalo asthma itu ga boleh main basket, sayang” Jayden berusaha tidak panik dan marah ke Deffa.

Deffa hanya bisa terdiam dan menundukkan kepalanya. Deffa tahu ia salah tetapi ia terus-terusan keras kepala memaksakan dirinya untuk bermain basket. “Next time gausah ikut main lagi ya? Bahaya, sayang. Sekarang kita pulang ya? Kamu harus istirahat” ucap Jayden dengan pelan dan Deffa hanya membalasnya dengan anggukan kepalanya.