cw // blood cancer, blood transfusion, trauma, mention of family member loss
Setelah membaca chat dari Kanasha, Deffa langsung bergegas siap-siap untuk pergi ke rumah sakit tempat adik Jayden dirawat. Pikiran dan perasaannya kini kacau tidak karuan dan yang paling ia khawatirkan saat ini adalah keadaan Jayden. Setelah beberapa menit perjalanan, Deffa akhirnya sampai dan langsung ke arah meja resepsionis rumah sakit untuk menanyakan ruangan rawat inap adiknya Jayden.
Saat sedang berjalan di koridor mendekati ruangan VIP, tiba-tiba langkah Deffa terhenti karena ada seorang wanita yang menyapanya. “Kamu Deffa bukan? Temannya Jayden?” tanya wanita tersebut dan Deffa sontak kaget mengapa wanita ini mengenalnya. Namun Deffa tetap dengan ramah memberi senyum dan menganggukkan kepalanya “I-iya tante.. Saya Deffa temannya Jayden” ucapnya dengan canggung namun wanita itu malah melihatkan senyum manisnya.
“Saya maminya Jayden. Mau nyari Jayden ya? Jayden lagi didalem nemenin adeknya. Tunggu sebentar ya?” ucap mami Jayden dan langsung masuk ke ruangan rawat inap untuk memanggil Jayden.
“Deffa? Jayden nya ketiduran nemenin Jayson. Mami ga tega bangunin karena Jayden lagi pegang tangan adeknya erat banget” Deffa yang ikutan tidak tega akhirnya ingin meninggalkan ruangan rawat inap “Oh iya tante gapapa. Deffa kesini lagi besok aja. Deffa mau pamit pulang dulu-” “Panggil mami aja jangan tante. Kalo mami mau ajak Deffa ngobrol sebentar boleh?” Deffa yang awalnya ingin pamit pulang malah tidak jadi karena tidak enak untuk menolak ajakan mami Jayden. “B-boleh, mi” ucapnya. Masih sangat canggung untuk memanggil maminya Jayden dengan sebutan mami, namun panggilan itulah yang diminta oleh maminya Jayden.
Mereka berdua akhirnya duduk di kursi ruang tunggu yang berada di koridor rumah sakit. “Kamu kaget ya kenapa mami bisa ngenalin kamu?” Deffa hanya membalas dengan anggukan kepala. “Sebenernya Jayden sering cerita soal kamu ke mami. Sering kasih liat foto kamu juga. Makanya mami tadi langsung bisa ngenalin kamu” mami Jayden menjelaskan kenapa ia bisa mengenali Deffa.
Deffa mulai penasaran hal apa saja tentang dirinya yang diceritakan oleh Jayden ke maminya “Emangnya Jayden cerita apa aja ke mami soal saya?” Tanyanya. “Jayden cerita kamu anaknya baik, pinter banget, he also has a crush on you-” cerita mami Jayden sambil tertawa membayangkan anak sulungnya saat bercerita dengannya soal seseorang yang ia sukai. “Jayden bilang kamu itu penyemangat buat dia walaupun dia biasanya hanya ngeliat kamu dari jauh” mami Jayden menyambung ceritanya.
“Kalo mami boleh jujur, Jayden sejak suka sama kamu dari awal kuliah, dia jadi berbeda dari sebelumnya. Jayden jadi lebih happy, bisa bergaul dengan banyak teman, dan bisa ikut banyak kegiatan di kampus. Sebelumnya Jayden lebih sering menyendiri, apalagi sejak kehilangan papinya-” mami Jayden belum selesai bercerita namun raut muka Deffa yang tadinya serius menyimak kini berubah menjadi kaget.
“Mami sekalian cerita aja ya biar kamu tau. Jayden jadi trauma berat setelah ditinggal papinya untuk selama-lamanya. Jayden memang paling dekat dengan papinya. Belum lagi adeknya juga divonis kanker darah hingga sekarang sampai stadium tiga. Jayden trauma dia takut sekali kalau nanti harus ditinggal lagi oleh adek kesayangan satu-satunya. Mami bolak balik selalu menenangkan Jayden kalo trauma itu dateng, terutama disaat adeknya tiba-tiba ngedrop dan harus transfusi seperti ini. Kamu bisa liat sendiri didalem, betapa kuat hubungan mereka berdua yang gamau ditinggal satu sama lain. Jayden gamau kehilangan orang yang dia sayang lagi-”
Mendengar kata kehilangan, Deffa mulai menundukkan kepalanya, tidak ingin menunjukkan ke mami Jayden kalau dia sedang menahan tangisnya. Pikiran Deffa kacau dipenuhi dengan rasa bersalahnya terhadap Jayden. “Mami malah jadi cerita banyak ya? Maaf ya Deffa-” “Gapapa, mi. Justru Deffa mau bilang makasih karena mami udah cerita soal ini ke Deffa” ucap Deffa meyakinkan mami Jayden.