Hari ini telah memasuki hari Senin dimana Deffa harus memulai kegiatan perkuliahannya seperti biasa, namun kali ini dengan harapan semoga ia tidak sering bertemu dengan Jayden lagi. Baru saja Deffa ingin memulai rencananya untuk menjauhi Jayden, ternyata semuanya tidak berjalan dengan mulus.
Saat Deffa berjalan mengarah ke gedung fakultasnya, ia melihat sosok yang sangat familiar sedang berdiri menyender didepan mobil hitamnya. Siapa lagi kalau bukan Jayden. “Ngapain Jayden kesini lagi?” tanya Deffa dalam hati. Untungnya saat itu di sekitar parkiran sedang ada banyak mahasiswa lain yang berjalan atau memarkirkan mobilnya, sehingga Deffa bisa berjalan menyelinap tanpa sepengetahuan Jayden.
Langkah Deffa sempat terhalang karena beratnya tumpukan berkas laporan yang ia bawa, dan hampir ketahuan oleh Jayden. “Jayden? Lo ngapain kesini?” sahut salah satu mahasiawa yang menyapa Jayden. “Eh hai? Gue lagi mau cari temen sih-” “Oh yaudah gue duluan ya jay!” Deffa ingin berterima kasih kepada mahasiswa tersebut, karenanya ia berhasil berjalan melewati Jayden tanpa ketahuan.
Setelah menyapa salah satu mahasiswa, Jayden kembali fokus untuk mencari Deffa. Jayden sengaja tidak memberi tahu Deffa kalau ia sekarang berada di gedung fakultas Deffa. Setelah mencari ke area parkiran, ternyata nihil tidak ada Deffa disana. Hingga akhirnya fokus Jayden teralihkan oleh sebuah notebook berwarna peach yang tergeletak tidak jauh dari tempat ia berdiri. “Punya siapa ya? Jatuh deh kayaknya” batin Jayden saat mengambil notebooknya, dan tiba-tiba sebuah foto polaroid terlepas dari lembaran notebooknya.
“Kok ada foto gue?” Jayden sontak bingung kenapa ada sebuah foto polaroid dirinya di notebook tersebut dan Jayden dengan cepat langsung membalik covernya dan ternyata bertuliskan “Deffa Kanaya” didepannya. Jayden tidak mau membuka isi notebooknya karena sekarang fokusnya hanya ada pada foto polaroid yang terlepas dari lembaran notebook tersebut.
Jayden langsung melihatkan senyumnya hingga lesung pipinya terbentuk saat membaca pesan yang Deffa tulis di foto polaroid miliknya. Ternyata Deffa menyimpan perasaan yang sama seperti dirinya. Jayden merasa lega bahwa perasaannya terbalas oleh Deffa. Tinggal sekarang bagaimana ia berjuang agar Deffa bisa menerima perasaannya dan menjadi miliknya. Jayden sontak membawa notebook Deffa yang terjatuh untuk nanti ia kembalikan lagi ke Deffa.